Review Buku : Cara Tepat Berdebat Secara Cerdas, Meyakinkan dan Positif

Judul Buku : Cara Tepat Berdebat Secara Cerdas, Meyakinkan dan Positif

Penulis Jonathan Herring

Penerbit : Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta

Tahun terbit : 2019

Cetakan : Cetakan pertama

Halaman : xiv dan 326 hlm

ISBN : 978-623-216-183-2




"Tujuan sebuah perdebatan atau diskusi bukanlah memburu kemenangan, melainkan mendapatkan kemajuan."

_ Karl Popper _


Begitu membuka buku ini pada halaman ketiga bagian pendahuluan akan disambut dengan kata-kata mutiara dari Karl Popper tersebut. Sebelum membahas lebih lanjut kita diajak untuk mencari tahu, apa tujuan dari berdebat yang sesungguhnya. Intinya jangan berdebat jika memang tidak perlu, berdebatlah jika benar-benar diperlukan. Namun jika kondisi tetap mendesak kita untuk berdebat, maka diperbolehkan terutama jika untuk memperjuangkan hak.


Buku ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama terdiri dari 10 bab yang dikenal dengan sepuluh aturan utama dalam perdebatan. Pada bagian kedua juga terdiri dari 10 bab, membahas tentang beberapa situasi yang sering menimbulkan perdebatan. Setiap halaman dalam buku ini saling berkaitan, jadi akan lebih baik jika membaca buku ini secara berurutan.


Pada bagian satu bab pertama berisi tentang persiapan dalam berdebat. Sebelum berdebat kita harus mempersiapkan segalanya, baik argumen, data yang valid, sumber yang terpercaya dan kecerdasan berbicara. Karena persiapan merupakan kunci kesuksesan.


Pada bab kedua membahas tentang kapan saat yang tepat untuk berdebat dan kapan harus menjauh. Jadi berdebat juga harus melihat situasi, jika memang tidak benar-benar penting dan tidak terlalu merugikan kita, maka lebih baik menjauh. Sedangkan pada bab ketiga berisi tentang bagaimana cara menyampaikan argumen kita dalam berdebat. Pada bab ini berisi langkah-langkah bagaimana cara mengutarakan argumen kita dengan benar.


Pada bab empat mengajak pembaca untuk lebih banyak mendengar, jika ingin mempengaruhi atau membujuk orang lain agar mengikuti pendapat kita. Tujuan argumentasi adalah menjelaskan pandangan tentang suatu hal kepada orang lain dan berharap agar penjelasan tersebut dapat disetujui oleh orang lain. Dalam berdebat jangan buru-buru menyela, lebih banyaklah mendengar karena kita akan menjadi lebih tahu kelemahan lawan bicara dan dapat menarik simpati orang lain.


Pada bab lima mengajak pembaca agar unggul dalam memberikan tanggapan. Seorang pendengar yang baik tidak hanya mahir dalam memaparkan maksudnya, tetapi juga tepat dalam menanggapi paparan orang lain. Ada tiga cara dalam menanggapi sebuah argumen, yaitu :

1. Mendebat fakta yang diandalkan orang lain

2. Mendebat kesimpulan yang ingin mereka raih

3. Menerima pendapat orang lain, tetapi berupaya meyakinkannya bahwa masih ada pendapat lain yang lebih unggul daripada pendapatnya.


Pada bab enam mengajak pembaca agar mewaspadai trik-trik lawan. Ketika berdebat, kita harus selalu peka. Waspada, awas dan ingin tahu. Kita dapat mendebat fakta atau kesimpulannya, atau menemukan faktor lain yang lebih berbobot daripada kesimpulan argumen tersebut. Penting sekali untuk mempelajari trik dan kwsalahan dalam berdebat.


Pada bab tujuh berisi tentang aturan berdebat di muka umum. Hal yang perlu dilakaukan dalam berdebat di muka umum agar dapat diterima dengan baik adalah dengan mempersiapkan diri, berlatih, jangan berbicara dengan terlalu cepat atau pelan, jangan membaca, tersenyum atau jangan tegang, berbicaralah dengan singkat dan jelas, jaga nada suara, sampaikan kutipan, gunakan slide, akhiri argumen dengan memberikan ringkasan yang jelas dan mudah diingat.


Selain berdebat di muka umum ternyata juga ada berdebat melalui tulisan, hal ini dibahas pada bab delapan. Ada beberapa aturan kunci ketika akan berdebat melalui tulisan, yakni tulislah yang jelas, gunakan ejaan dan tata bahasa yang benar, pikirkan baik-baik ketika menulis kalimat pembuka, jagalah tulisan agar tetap singkat, gunakan butir-butir dan alenia untuk memisahkan setiap pikiran pokok, gunakan kalimat aktif dan bacalah semua sesudah menuliskannya. Berdebat secara tertulis ini dapat di lakukan melalui e-mail, blog, Instagram, Facebook, twiter dan lainnya.


Sedangkan pada bab sembilan berisi tentang bagaimana cara mengatasi kebuntuan. Jika menemui jalan buntu, maka pikirkan cara lain yang mungkin dapat membantu mencapai tujuan. Jika cara tersebut tetap tidak berhasil dalam mengatasi masalah, maka dapat  menggunakan salah satu satu cara berikut, yaitu hubungi pihak ketiga, beri tawaran rahasia dan melemparkan koin.


Pada bagian sepuluh berisi tentang bagaimana cara memelihara hubungan baik dalam berdebat. Memelihara hubungan baik dengan orang-orang yang berinteraksi dengan kita tentu jauh lebih penting daripada mengalahkan mereka dalam persebatan. Kita mungkin belum ma.pu meyakinkan mereka, tetapi tentu akan ada kesempatan lain untuk meyakinkannya. Perdebatan yang buruk adalah sarana yang baik untuk merusak hubungan. Hal yang perlu dilakukan adalah menyampaikan argumentasi dengan sebaik mungkin agar dapat memperkuat hubungan kita dengan lawan bicara, bukan malah sebaliknya.


Setelah membahas sepuluh aturan utama dalam perdebatan pada bagian satu. Pada bagian dua akan dibahas tentang beberapa situasi yang sering menimbulkan perdebatan dan cara mengatasinya adalah dengan mengimplementasikan berbagai cara yang sudah dijelaskan pada bagian satu yaitu sepuluh aturan utama dalam perdebatan.


Sama seperti bagian satu, pada bagian dua ini juga terdiri dari sepuluh bab, yaitu:

1. Berdebat dengan orang-orang terkasih

2.  Memelihara hubungan baik

3. Berdebat di tempat kerja

4. Ketika harus mengeluhkan sesuatu

5. Ketika berhadapan dengan seorang pakar

6. Ketika anda salah

7. Berdebat lagi, lagi dan lagi

8. Ketika anda bagaikan keset kaki

9. Menjadi pemenang yang baik

10. Ikhtisar

Setiap bab pada bagian dua tersebut dijelaskan secara detail dan cukup mendalam.


Buku ini sangat bagus sebagai bekal dalam berdebat untuk mendapatkan hak kita bukan untuk merugikan atau mencelakai orang lain. Buku ini bisa digunakan untuk semua kalangan, terutama mahasiswa jurusan hukum ataupun mahasiswa yang ingin mendalami public speaking agar apa yang disampaikan bisa diterima pendengar dengan baik. Selain itu juga sangat cocok untuk mahasiswa maupun pelajar yang suka mengikuti lomba debat. Namun penjelasan dalam buku ini cukup berat, jadi untuk bisa memahami isinya perlu konsentrasi yang tinggi bahkan harus membaca berulangkali.


Written: Artika Lusiani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan paradigma anak dan orang tua

[Review] Novel The Perfect Muslimah_Ahmad Rifa’i Rifan

Untuk Manusia-Manusia Datar, yang seringkali Termarginalkan