Mari Kepikiran
Sudah lama sekali aku tidak menulis, aku ingin minta maaf ke diriku sendiri yang tidak konsisten ini. Ada banyak sekali faktor yang menyebabkan aku lama tidak menulis. Salah tiganya karena kurang bisa managemen waktu, mengelola mood dan konsisten. Kali ini aku akan menulis tentang apa aja yang pengen aku ketik.
Menjadi remaja menuju dewasa ternyata enak nga enak ya. Banyak overthinking, kayaknya setiap buka mata kepikirannya masa depan nanti bagaimana dan seperti apa, terutama isi kepalaku. Apakah kalian juga merasakan yang sama?. Aku sangat kepikiran banget ini, nanti kedepan bakal bisa bertahan tidak ya menyesuaikan kemajuan zaman. Ya gimana ya, bukan keturunan kerajaan soalnya yang hidupnya terjamin sampai tujuh turunan tidak akan habis.
Menurutku tidak masalah untuk kepikiran tentang masa depan, tapi jangan berlebihan. Dengan kepikiran masa depan kita jadi berpikir-pikir kalau mau menyia-nyiakan waktu, tenaga, pikiran dan uang untuk hal-hal yang tidak penting, terutama yang membawa dampak buruk untuk diri sendiri. Coba kalau nga kepikiran pasti bisa melakukan apapun tanpa peduli dampak kedepannya. Hal ini bisa buat bahan refleksi dan muhasabah diri agar sikap dan keputusan yang diambil sudah matang, minimal mengurangi penyesalan di masa mendatang.
Di era serba digital seperti ini rasanya susah menjadi diri sendiri yang otentik. Bawaanya pengen bandingin sama hidup orang lain, yang kayanya lebih beruntung daripada kita. Sebenarnya sudah pada sadar kalau membandingkan diri itu nga baik, tapi ya tetep aja dilakuin. Susah.
Makanya banyak banget lagu-lagu zaman sekarang yang tentang self healing. Self healing adalah proses penyembuhan luka batin yang dapat mengganggu emosi seseorang. Lagu-lagu penyanyi baru atau lama tentang self healing jadi laris dan paling dicari-cari. Emang orang generasi Y ke atas nga banyak overthinking?. Jika dibandingkan dengan generasi Z tentu lebih banyak generasi Z karena pengaruh digital tadi.
Tapi ada dampak positifnya juga sih menurutku, kita jadi lebih peduli tentang kesehatan mental. Ternyata kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Hanya saja kesehatan mental tidak kelihatan, tapi dampaknya besar. Banyak sekali kita temukan berita tentang remaja yang bunuh diri, atau dibully temannya yang menyebabkan kematian. Banyak orang tua yang kurang sadar tentang begitu pentingnya kesehatan mental. Mereka kurang peduli dengan tanda-tanda bunuh diri atau pembullyian yang terjadi pada anak. Baru setelah anak meninggal meyesal.
Aku juga pernah mengalami pembullyan ketika sekolah, bahkan dampaknya sampai hari ini. Sudah berusaha memafkan masa lalu, diriku dan pelakunya tapi bekasnya masih terus ingat. Belajar di sekolah menjadi tidak nyaman dan was-was. Umumnya orang tua sudah puas dan bangga kalau anaknya berprestasi atau mendapatkan peringkat di kelasnya. Mereka abai dengan kebutuhan psiskis anaknya, mungkin juga karena tidak tahu. Penting sekali untuk mendidik anak supaya tidak menjadi pembully dan bisa mengatasi ketika mengalami pembullyan.
Ada banyak cara untuk mengatasi ketika kita mengalami pembullyan, yang pertama dan utama jangan kelihatan takut dan lemah. Kalau kami terlihat takut dan tidak berdaya akan dijadikan sasaran empuknya. Kedua, bisa berbagi cerita dengan orang tua atau teman yang bisa dipercaya dan tidak menghakimimu. Ketiga, banyak baca buku tentang self healing, self improvement. Supaya kamu tahu batasanmu agar mereka tidak semena-mena dan berani untuk melawannya. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuanmu, balasnya dengan berprestasi dan lebih menghargai diri sendiri, terus kembangkan potensimu. Kamu sangat berharga, mereka hanya iri karena tidak bisa sepertimu, balasnya se-elegan mungkin.
Kalau kita sebagai orang tua atau teman yang dipercaya mereka untuk curhat, pertama dengarkan dan jangan menghakimi. Kedua, kuatkan mental anak atau teman kita itu, kalau tidak mampu minta bantuan misalnya kepada wali kelas atau kepala sekolah. Kita semua terutama orang tua penting sekali untuk belajar ilmu bagaimana menyikapi tentang pembullyan, baik anak kita sebagai pelaku atau korban. Kalau teman-teman ada solusi lain boleh banget sharing ya, dengan meninggalkan komentarnya.
Hari ini sangat berkesan buatku karena bisa nulis lagi walaupun random isinya dan mungkin nga penting wkwkk. Tapi bagiku menulis adalah proses menyembuhkan, jadi merasa produktif dan lebih baik setelahnya. Aku sangat betah beralama-lama bengong atau melamun sambil nulis, apalagi pas hujan dengan coklatos panas, seneng banget. Melamun bagiku sejenis meditasi, caraku mengobrol dengan diri sendiri.
Walaupun masih sangat banyak kekurangannya terutama tentang penggunaan tanda baca dalam penulisan. Aku mau banyak-banyak berterimakasih terutama kepada diriku sendiri yang sudah mampu melewati hal-hal yang di luar ekspektasi, walaupun cara menyikapinya belum sempurna dan berterimakasih kepada orang-orang baik yang tidak mudah menjudge orang lain. Semoga konsisten nulis lagiii!!!!.
Written : Artika Lusiani
Komentar
Posting Komentar