Perbaiki Sikapmu, Maka Akan Semakin Elegan Dirimu

 Aku hanya ingin berbagi pengalaman sedikit atau barangkali menuangkan pemikiranku yang sempit. Di sela-sela aktifitas ku yang rondown ini.


Sebagai seorang yang introvert, seni mengamati adalah hal yang paling ku sukai. Dulu aku mengira orang yang memiliki segalanya akan lebih mudah di terima dimanapun ia berada. Apapun perkataan dan sikapnya tidak ada yang mempermasalahkannya.


Ternyata anggapan ini keliru, sangat keliru. Dari pengamatanku di waktu yang cukup lama. Aku dapat menyimpulkan, bahwa orang itu dinilai dari pembawaan diri, sikap, perilaku, dan pengelola diri. Bukan dari fisik yang indah dan materi yang banyak.


Perubahan terbesar yang dapat banyak merubah kehidupan seseorang adalah perubahan sikap. Seseorang yang memiliki kecerdasan yang baik dalam bersikap, ia akan merasa tenang dan menyelesaikan semua masalah yang ia hadapi dengan elegan.


Orang-orang pun akan merasa senang didekatnya, karena tidak mudah panik dan kebingungan. Ia bisa diandalkan, terutama untuk dirinya sendiri. Orang yang memiliki pembawaan sikap yang baik, akan lebih mudah menggapai cita-cita nya. Kecerdasan dalam bersikap sangat berkaitan atau mungkin adalah bagian dari kecerdasan emosional (EQ). 


Saya percaya orang yang memiliki EQ baik, bisa lebih cepat sukses daripada orang yang hanya memiliki kecerdasan intelektual (IQ). Mengapa hal ini terjadi, karena orang yang hanya mengandalkan IQ biasanya terlalu percaya diri disaat ia sendiri, dan akan merasa minder serta serba salah ketika berinteraksi dengan banyak orang. Ia susah membawa diri di tempat-tempat yang ramai. 


Lalu bagaimana kecerdasannya bisa diketahui dan didayagunakan jika ia tidak berani menunjukkannya. Walaupun ia menciptakan usaha sendiri, orang yang kurang dalam kecerdasan emosional nya juga akan susah memasarkan produknya.


Berbeda dengan orang yang ber-EQ tinggi, walaupun IQ nya rata-rata tetapi ia bisa membawa diri dengan baik di situasi apapun. Sehingga ia bisa belajar dengan banyak orang tanpa malu ataupun minder. Apa yang ia belum tau, dan apa yang ingin ia ketahui, ia bisa bertanya kepada yang menurutnya sudah ahli tanpa malu, takut dan rendah diri. 


0Orang yang ber-EQ tinggi biasanya juga banyak relasi, sehingga lebih mudah memasarkan produknya dengan penuh percaya diri.


Dan satu lagi, orang yang ber-EQ tinggi rata-rata lebih cerdas dalam mengelola diri, tidak mudah baper dengan sikap dan perlakuan orang lain terhadap dirinya. Sehingga prinsipnya, terus berusaha mengejar apa yang diyakininya tanpa peduli dengan perkataan orang-orang yang berusaha menjatuhkannya. 



Namun, dalam hal ini aku tidak menyarankan untuk meningkatkan EQ saja dan mengabaikan IQ, tetapi harus menyeimbangkan keduanya.


Kembali lagi tentang kecerdasan dalam bersikap, berkali-kali aku mendapati. Orang yang cerdas dalam bersikap dan pembawaan diri akan lebih terbuka dan siap dengan segala perubahan di dunia yang tidak sempurna ini. 


Aku menulis itu bukan berarti aku sudah memiliki EQ yang bagus dan bisa bersikap yang tepat di segala kondisi dan situasi. Belum, aku masih jauh dari itu semua. Bahkan di detik ini, di paragraf yang baru saja aku ketik ini, aku sedang down dengan diriku sendiri, dalam mengelola hal satu ini. Aku seringkali merasa gagal kemudian bukannya segera memperbaiki tetapi keburu rendah diri, kemudian melamun lalu tidak fokus, dan kemudian tidak nyambung dalam berkomunikasi dengan orang lain, hal ini semakin membuat tidak menyukai diri sendiri. Aku sadar penyakit ini sangat berbahaya. 


Aku masih sering bingung menyikapi segala situasi dengan tepat di segala kondisi. Jika sudah begini, biasanya aku langsung pura-pura mainan HP pdahal aku sedang bingung sikap apa yang paling tepat di kondisi ini,  topik apa yang bisa menjadi bahan pembicaraan disituasi ini. 


EQ-ku sangat buruk bahkan mungkin dibawah rata-rata, aku sangat tidak nyaman dengan keadaan ini. Aku tidak menyukai diriku yang ini, ini bukan aku, aku tidak ingin seperti ini. Hufffft kata-kata ini selalu berputar-putar di otakku ketika bingung dalam menentukan sikap ditempat yang baru dan ditempat yang disana bukanlah diriku.


Barangkali ada yang mengalami hal sama denganku ini, silahkan komen di tulisan ini. Mari kita bersama-sama memperbaiki dan menyembuhkan keadaan ini.




Written: Artika Lusiani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan paradigma anak dan orang tua

[Review] Novel The Perfect Muslimah_Ahmad Rifa’i Rifan

Untuk Manusia-Manusia Datar, yang seringkali Termarginalkan