Hidupmu, kamulah yang berhak menentukan
Begitu pula denganku, aku memiliki standar kecantikan dan standar bahagia versiku. Aku selalu menyukai apapun yang aku lakukan, bahagia ketika berusaha melakukan apapun yang ingin ku lakukan.
Namun terkadang aku harus dipaksa mengikuti standar hidup mereka. Terutama dalam hal menentukan teman hidup. Terutama teman-teman alumni, ya memang niatnya bagus tapi terkadang sering menyudutkan.
"Masak diumur segitu ngak punya pacar, awas hati-hati. Apalagi sekarang populasi laki-laki lebih sedikit daripada perempuan", salah satu diantaranya dan masih banyak yang lainnya.
Di usia saya, yang saya yakini masih remaja ini. Memang banyak teman-teman yang sudah menikah atau setidaknya mereka memiliki pacar yang mereka yakini akan menjadi jodohnya di masa depan. Jadi wajar, jika mereka merasa aneh denganku, yang kemana-mana selalu sendiri.
Sebelumnya, kuucapkan terimakasih buat kalian, karena sudah peduli denganku. Tetapi aku merasa, diumurku yang masih segini, aku belum terpikirkan untuk menuju ke hal yang seserius itu, karena aku masih dihidupi oleh orang tuaku, bahkan untuk menghidupi diriku sendiri aku belum mampu. Jadi aku merasa sangat berhutang budi kepada orang tuaku, karena belum bisa meringankan beban hidupnya.
Mereka yang bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhanku, masak iya aku membalasnya dengan menghidangkan neraka untuknya diakhirat nanti, jahat sekali bukan. Toh tanpa pacar, aku tetap bisa menjalani hidup dan melakukan apapun yang aku inginkan dengan caraku sendiri.
Aku ini orangnya SPD (sak penak.e Dewe), baca seenaknya sendiri wkwk. Kadang seharian musikan sambil rebahan, kadang membaca novel yang kusuka sampai larut malam, kadang nonton Drakor, kadang menulis, kadang berkebun kadang jalan-jalan dan lain-lain. Aku menyukai hal-hal baru terutama dalam hal desain, walaupun sama sekali aku tidak bisa heheee. Karena menurutku orang yang bisa desain adalah orng orng yang sangat kreatif dan keren.
Orang tuaku tidak pernah melarang ku memiliki pacar, namun aku sendiri yang memutuskannya. Aku hanya ingin memperbaiki hidupku yang semrawut ini, sedikit demi sedikit. Bahkan, untuk mengetahui apa yang ku mau, aku tidak tahu. Aku ini ingin diperlakukan orang lain seperti apa?, sikap apa yang harus aku lakukan ketika berhadapan dengan orang lain yang berbeda-beda katakter, bagaimana cara supaya bisa berbicara yang benar tanpa menyakiti perasaan orang lain dan beberapa permasalahan lain. Hal-hal tadi saja aku masih sangat kesulitan menyikapinya, padahal hal tersebut yang menentukan diri kita seperti apa.
Dengan diriku sendiri saja aku belum paham dan masih sering bimbang dalam menentukan sikap. Hidupku saja masih abstrak, ngak karuan. Lalu bagaimana aku bisa memahami orang lain, dengan diriku sendiri saja aku tidak paham. Tetapi kenyataanya, mencintai orang lain lebih mudah daripada mencintai diri sendiri.
Tetapi aku tidak ingin, ia yang katanya miliku akan pergi dengan tiba-tiba. Dengan alasan bahwa kata Tuhan kita tidak berjodoh. Bagaimana bisa aku mencegahnya?, yang memiliki ikatan suami istri saja bisa saja bercerai, apalagi hanya ikatan pacaran. Lalu bagaimana nasib hatiku kelak?. Ditinggalkan disaat aku sudah ketergantungan, lalu dipaksa untuk melangkah seorang diri.
Ya aku ngak ngerti, dengan diriku saja aku tidak paham, orang kamu yang udah membuatku ketergantungan, ya akhirnya aku merasa aman-aman saja, kan ada kamu. Kan katanya kamu selalu ada buat aku, susah senang, hidup mati kan katanya kita selalu bersama, ya aku ngak perlu sibuk-sibuk buat belajar mengatasi kendala-kendala dalam hidupku, kan katanya kamu selalu ada buat aku seumur hidupmu, menerima diriku apa adanya, bukankah begitu yang kamu katakan padaku waktu itu?. Lalu setelah bosan kamu pergi, dengan alasan semoga kamu dipertemukan dengan orang yang lebih baik dariku.
Kamu pergi dengan yang baru tanpa merasa bersalah, lalu aku harus berdarah-darah merelakan kepergianmu. Belum lagi nanti harus melupakanmu, belum lagi mencari penggantimu biar ada yang bisa ku gantungan lagi. Arghhhhhhhhhhh, pekerjaan yang merepotkan.
Lalu, buat kalian yang menyuruhku untuk mengikuti standar hidup kalian. Memangnya kalian mau tanggung jawab, disaat aku terjatuh. Tidak kan?, karena kalian juga memiliki kehidupan sendiri.
So,you are beautiful by the standards of beauty that you make yourself. Tentukan sendiri, hidup yang kamu inginkan seperti apa. Jangan biarkan dirimu, menjadi pekerja untuk hidup orang lain_Bruce Lee.
Written: Artika Lusiani
Komentar
Posting Komentar